Kamis, 05 September 2013

Proposal

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah

Peningkatan kualitas pendidikan sebagai tuntutan akan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) dapat berkompetisi di era globalisasi akan terus berlangsung. Perhatian terhadap pendidikan khususnya SMK menjadi bagian penting bagi keberhasilan pendidikan. Istilah pendidikan merupakan suatu hal yang tidak asing lagi bagi semua orang, terlebih lagi di era globalisasi yang dikenal dengan zaman kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) seperti sekarang ini. Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa sangat erat hubungannya dengan pendidikan, sebab pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas setiap individu. Setiap individu secara langsung ataupun tidak langsung dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan mampu sebagai SDM untuk menangani pembanguan yang senantiasa mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan kebutuhan zaman. Untuk mensukseskan pembangunan Bangsa dan Negara dibutuhkan SDM dan yang menguasai ilmu pengetahuan dan memiliki keterampilan. Untuk itu peranan lembaga pendidikan sangat besar untuk menghasilkan SDM yang potensial guna menyokong pelaksanaan pembangunan bangsa dan Negara. Dengan kata lain pendidikan merupakan suatu titik sentral dalam pembangunan.

1
Pendidikan sebagai salah satu dasar  pengembangan sumber daya manusia dalam suatu Negara, sebagaimana dinyatakan dalam undang-undang  RI No. 20 tahun 2003, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
            Sekolah Menengah Kejuruan merupakan lembaga pendidikan dibidang teknologi yang menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah. Hal ini sesuai dengan Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN 2004), yang menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tetertentu.
Sesuai dengan KTSP SMK (2006), SMK memiliki tujuan pendidikan kejuruan, yakni: 1) menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia  produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dnia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya, 2) menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya, 3) mmembekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi, 4) Membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang dipilihnya, maka siswa SMK dituntut lebih memahami dan menguasai setiap program diklat yang diterimanya di sekolah karena setiap program diklat saling mendukung dan saling mempengaruhi pada peningkatan ilmu serta keterampilan, perkembangan sikap dan kepribadiannnya.
            Sejalan dengan itu Hadiwartama (1993:214) menyatakan bahwa sekolah kejuruan bertujuan untuk menghasilkan tenaga kerja tingkat menengah yang terampil dan dapat memenuhi persyaratan jabatan dalam bidang industri, perdagangan dan jasa, dan mampu berusaha sendiri dalam membuka lapangan kerja.
Hal ini sesuai dengan tujuan Pendidikan SMK Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan yang tercantum dalam Garis-garis Besar Program Pendidikan dan Pelatihan (GBPP) edisi 2004, menyatakan bahwa tujuan SMK adalah: 1) Mengutamakan persiapan siswa untuk memenuhi lapangan kerja serta mengembangkan sikap professional, 2) Menyiapkan siswa agar mampu merintis karier, mampu berkompetisi dan mampu mengembangkan diri, 3) Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia kerja saat ini saat ini dan masa yang akan datang, dan 4) Menyiapkan tamatan agar mampu menjadi warga negara yang produktif, adaptif, dan kreatif.
Dari uraian diatas dikatakan bahwa lulusan SMK diutamakan untuk memasuki dunia kerja sesuai dengan bidang dan keahliannya masing-masing, oleh sebab itu siswa dibekali dengan materi pelajaran yang berkaitan dengan kebutuhan dunia usaha/ industri. Untuk meningkatkan mutu disetiap lulusan serta menunjang kemampuan dalam bidang teknologi dan kejuruan, maka setiap siswa dituntut untuk memiliki keahlian serta prestasi belajar yang merupakan wujud nyata dari penguasaan belajar, sehingga dapat diterapkan pada bidang pekerjaan yang akan digeluti nantinya.
Hasil belajar yang diperoleh oleh siswa melalui kegiatan belajar mengajar, tidak dapat dicapai seluruhnya secara langsung dan tidak dapat diukur dengan mudah seperti yang dikemukakan oleh Suryabrata (1983:26) bahwa hasil belajar dipengaruhi 2 (dua) faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri siswa), meliputi ; minat, bakat, kreatifitas, motivasi, IQ dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal (faktor  yang berasal dari luar siswa), meliputi sarana dan prasarana, lingkungan, pendidik, buku-buku, media, metode belajar dan sebagainya.
Adanya minat kejuruan dan kelengkapan fasilitas belajar siswa di sekolah sangat mempengaruhi hasil belajar siswa terhadap materi pelajaran yang disajikan. Siswa yang tidak  memiliki minat kejuruan dan kekurangan fasilitas belajar maka akan sulit bagi mereka untuk menguasai dan menuntaskan materi pelajaran yang disajikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:744) minat adalah kecendrungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Maka minat kejuruan adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu yang disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari lebih lanjut. Dengan tidak adanya minat dalam diri siswa maka siswa tersebut akan mengalami kemalasan untuk belajar sehingga muncul dalam pikirannya untuk tidak mengikuti pelajaran serta cenderung membosankan bagi dirinya dalam belajar.
Sejalan dengan tujuan SMK itu, Purtowisastro (1986:25) menyatakan bahwa penggunaan alat-alat dalam proses belajar mengajar bertujuan meningkatkan motivasi siswa untuk lebih berhasil. Semakin tinggi motivasi belajar maka akan semakin tinggi pula hasil belajar siswa, pendapat ini dibuktikan dengan hasil penelitian lain yang menyebutkan terdapat hubungan positif dan berarti antara motivasi belajar dengan hasil belajar. Pendapat di atas menjelaskan bahwa kelengkapan fasilitas belajar siswa di sekolah dapat memberikan kemudahan dan meningkatkan minat kepada siswa untuk mengikuti mata diklat serta mampu menyelasikan tugas-tugas dengan semangat belajar yang tinggi, dimana dengan kelengkapan fasilitas belajar ini kemudian akan meningkatkan hasil belajar siswa tersebut.
Akan tetapi pada kenyataannya banyak lulusan SMK yang masih menganggur, dikarenakan kurang terampilnya dalam menggunakan alat-alat praktek dalam pekerjaan. Adanya lulusan SMK yang kurang mampu bekerja secara langsung, karena belum terjaminnya pengetahuan dan keterampilan siswa sesuai dengan kebutuhan di lapangan kerja yang ditawarkan oleh dunia usaha atau dunia industri, hal ini merupakan indikasi dari hasil belajar
Dari observasi yang telah dilakukan, bahwa hasil belajar siswa pada mata diklat dasar kompetensi kejuruan yang diperoleh oleh penulis langsung dari salah satu guru di jurusan teknik gambar bangunan SMK Negeri 1 Merdeka Berastagi menunjukkan hasil belajar siswa masih banyak yang memperoleh nilai yang rendah. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini yang menunjukkan nilai rata-rata hasil belajar dasar kompetensi kejuruan pada siswa kelas X program keahlian teknik gambar bangunan SMK Negeri 1 Merdeka Berastagi telah mencapai nilai KKM, dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) adalah 70, namun perlu ditingkatkan guna memperoleh nilai yang lebih baik lagi.
Tabel 1.1 Perolehan Nilai Hasil Belajar Dasar Kompetensi Kejuruan
No
Nilai Siswa
Jumlah Siswa
Persentase (%)
Keterangan
1
90 – 100
-
-
Sangat Kompeten
2
80 – 89
14 Orang
35 %
Kompeten
3
70 – 79
26 Orang
65 %
Cukup Kompeten
4
< 70
-
-
Tidak Kompeten
Jumlah
40 orang
100 %

Sumber : DKN Siswa SMK Negeri 1 Merdeka TP. 2011/2012
Daftar kumpulan nilai di atas, dapat memberikan gambaran tentang mutu pendidikan masih memperoleh kriteria nilai yang belum maksimal pada mata diklat dasar kompetensi kejuruan. Tidak terdapat siswa yang memperoleh nilai sangat berkompeten, angka kelulusan siswa masih mendominasi pada tingkat cukup kompeten. Tentunya dalam hal ini perlu ditingkatkan guna menghasilkan lulusan yang terampil, tingkat kelulusan optimal dan sangat berkompeten. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa nilai siswa pada tabel 1 diatas dapat disebabkan oleh berbagai hal. Karena hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap hasil belajar, antara lain : kurikulum, fasilitas belajar siswa di sekolah, pemberian mata diklat dari guru, lingkungan, dan lain-lain. Sedangkan faktor internal antara lain : kreatifitas belajar, minat kejuruan, motivasi belajar, kedisplinan dalam belajar, dan lain-lain. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap salah satu guru bidang studi diambil kesimpulan bahwa hasil belajar dasar kompetensi kejuruan siswa di SMK Negeri 1 Merdeka Berastagi, jauh dari yang diharapkan.
Hal ini disebabkan kurangnya minat kejuruan dan kurangnya fasilitas belajar siswa. Minat masuk kejuruan merupakan salah satu faktor penentu dalam belajar. Apabila siswa tidak mempunyai minat masuk kejuruan maka akan berakibat pada kurangnya perhatian siswa terhadap mata pelajaran yang diberikan oleh guru. Pemilihan untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi haruslah didasari dengan adanya minat. Karena apabila suatu kegiatan didasari dengan adanya minat maka ia akan termotivasi dalam melakukan kegiatannya tersebut. Minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap. Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga penting dalam mengambil keputusan. Hal ini dikemukakan  Slameto (2003), bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada ada yang menyuruh. Dengan memiliki minat kejuruan, maka dalam melanjtukan kegiatan pembelajaran akan semakin efektif.
Selain minat masuk kejuruan salah satu faktor yang dianggap penting adalah kelengkapan fasilitas belajar siswa di sekolah. Fasilitas belajar merupakan kelengkapan belajar yang menunjang segala kegiatan belajar siswa di sekolah. Pelaksanaan proses pembelajaran akan berjalan lancar apabila ditunjang dengan fasilitas belajar yang memadai. Kelengkapan fasilitas belajar siswa di sekolah merupakan dasar utama yang harus disediakan dalam mengikuti proses belajar di sekolah dan dalam mengerjakan pekerjaan di rumah yang diberikan oleh guru. Menurut Wijaya, dkk dalam Khumaidi (2009:4). Mengemukakan bahwa proses belajar mengajar akan berjalan lancar kalau ditunjang oleh sarana yang lengkap. Kelengkapan fasilitas belajar siswa di sekolah akan membantu siswa dalam proses belajar, dan apabila fasilitas belajar yang dimiliki siswa tidak lengkap maka akan terkendala dan bisa menghambat kemajuan belajarnya. Jadi kelengkapan fasilitas belajar siswa di sekolah merupakan dasar utama yang pendukung mata pelajaran pada SMK diantaranya mata diklat dasar kompetensi kejuruan.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Minat Kejuruan dan Kelengkapan Fasilitas Belajar Siswa di Sekolah Terhadap Hasil Belajar Dasar Kompetensi Kejuruan Pada Siswa Kelas X Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Merdeka Berastagi Tahun Pembelajaran 2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah
            Dari latar belakang yang dikemukakan dapat diidentifikasi beberapa masalah yaitu:
1.      Bagaimana minat kejuruan siswa kelas X  Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Merdeka berastagi?
2.      Bagaimana kesiapan siswa kelas X Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Berastagi sebagai calon tenaga kerja?
3.      Bagaimanakah kondisi fasilitas belajar siswa di sekolah kelas X Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Berastagi?
4.      Faktor apa sajakah yang mempengaruhi hasil belajar dasar kompetensi kejuruan kelas X Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Merdea Berastagi ?
5.      Bagaimana hasil belajar dasar kompetensi kejuruan kelas X Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Merdeka Berastagi ?
6.      Apakah ada hubungan minat kejuruan dengan hasil belajar Dasar Kompetensi Kejuruan kelas X Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Merdeka Berastagi ?
7.      Apakah  ada hubungan kelengkapan fasilitas belajar siswa dengan hasil belajar dasar kompetensi kejuruan kelas X Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Merdeka Berastagi ?
8.      Apakah ada hubungan minat kejuruan dan kelengkapan fasilitas belajar siswa di sekolah terhadap hasil belajar dasar kompetensi kejuruan kelas X Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Merdeka Berastagi ?

C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan dan terbatasnya waktu maka diperlukan adanya pembatasan masalah agar dapat menjauhkan diri dari timbulnya penafsiran yang berbeda. Supaya hasil penelitian ini dapat lebih terarah, ruang penelitian ini hanya membahas: hubungan minat kejuruan dan kelengkapan fasilitas belajar siswa di sekolah terhadap hasil belajar dasar kompetensi kejuruan kelas X Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Berastagi Tahun Pembelajaran 2012/2013.

D. Rumusan Masalah
            Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah penelitian, maka peneliti mengajukan rumusan masalah penelitian ini sebagi berikut:
1.        Apakah terdapat hubungan yang positif dan berarti minat kejuruan dengan hasil belajar dasar kompetensi kejuruan ?
2.        Apakah terdapat hubungan yang positif dan berarti antara kelengkapan fasilitas belajar siswa dengan hasil belajar dasar kompetensi kejuruan?
3.        Apakah terdapat hubungan yang positif dan berarti antara minat kejuruan dan kelengkapan fasilitas belajar siswa siswa dengan hasil belajar dasar kompetensi kejuruan ?

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan batasan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
1.        Untuk mengetahui seberapa besar minat kejuruan dari siswa kelas X jurusan Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Merdeka Berastagi
2.        Untuk mengetahui tingkat kecenderungan minat kejuruan siswa kelas X Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 1 Merdeka Berastagi Tahun Pembelajaran 2012/2013.
3.        Untuk mengetahui tingkat kecenderungan kelengkapan fasilitas belajar di Sekolah kelas X Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 1 Merdeka Berastagi Tahun Pembelajaran 2012/2013.
4.      Untuk mengetahui hubungan antara minat kejuruan dan kelengkapan fasilitas belajar siswa di sekolah dengan hasil dasar kompetensi kejuruan kelas X Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Merdeka Berastagi

F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah:
1.      Untuk memberikan informasi tentang hubungan Minat Kejuruan dan Kelengkapan Fasilitas Belajar Siswa kelas X Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 1 Merdeka Berastagi Tahun Pembelajaran 2012/2013
2.      Sebagai bahan masukan bagi Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Negeri Medan, selaku penghasil guru teknik khususnya jurusan pendidikan teknik bangunan.
3.      Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi lembaga pengelola pendidikan, orang tua siswa dan khususnya guru program keahlian Teknik Gambar Banguan dalam upaya peningkatan mutu lulusan SMK Negeri 1 Merdeka Berastagi
4.      Sebagai masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam dalam bidang pendidikan kejuruan.
5.      Sebagai referensi bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian lebih lanjut
6.      Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh berbagai pihak sebagai bahan informasi untuk pengembangan ilmu dalam teknologi dalam bidang pendidikan dan ketenaga kerjaan.



BAB II
KERANGKA TEORITIS, KERANGKA KONSEPTUAL
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A.      Kerangka Teoritis
1.        Hakikat Minat Kejuruan Siswa
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs. SMK sering disebut juga STM (Sekolah Teknik Menengah) (http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_kejuruan). Dunia pendidikan khususnya SMK merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan lulusannya menjadi tenaga kerja yang kompetitif, mempunyai pengetahuan dan keterampilan tingkat menengah sesuai dengan bidangnya. Hal ini sesuai dengan pasal 11 ayat 3 UU No. 2 Tahun 1989 yaitu tentang pendidikan nasional, Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan siswa untuk dapat Bekerja pada bidang tertentu. Senada dengan itu pada pasal 3 ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 dinyatakan bahwa, Pendidikan sekolah menengah kejuruan mengutamakan kesiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional.
13

Keberhasilan pendidikan seperti yang telah dicita-citakan oleh setiap lembaga pendidikan ditentukan oleh banyak faktor seperti: minat, sikap, bakat, waktu, lingkungan belajar, kondisi ekonomi dan lain sebagainya. Demikian halnya dengan keberhasilan suatu mata pelajaran tertentu, misalnya pada mata pelajaran di SMK juga ditentukan oleh berbagai faktor diatas. Hal yang sangat dominan akan keberhasilan suatu pendidikan, khususnya SMK adalah minat masuk kejuruan itu sendiri. Minat yang timbul dari diri siswa sendiri akan menimbulkan kemauan tanpa paksaan untuk memperjuangkan sesuatu yang diminatinya. Walgito (1981:38), mengemukakan bahwa minat adalah Suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap obyek, yang disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut kecenderungannya untuk aktif terhadap objek tersebut. Menurut Uzer (1997:27), bahwa kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar dimana minat merupakan suatu sifat yang menetap pada diri seseorang.
Hilgard dalam Slameto (2003:57) menyatakan “Interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content” yaitu minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Selanjutnya Chaplin (1995:255) mengemukakan minat dengan interest, mengartikan minat sebagai sebuah sikap yang berlangsung terus menerus yang menolakkan perhatian seseorang, sehingga membuat dirinya menjadi selekti terhadap objek minatnya. Sedangkan Ahmadi (2003:151), mengutarakan minat adalah sikap jiwa seorang termauk fungsi ketiga jiwanya (kognisi, konasi, emosi), yang tertuju pada sesuatu dan dalam hubungan itu unsur perasaan yang terkuat.
Senada dengan hal tersebut, Yani (1996:76) mengungkapkan minat merupakan rasa tertarik seseorang terhadap sesuatu hal sehingga mendorong untuk mengerjakan apa yang diinginkan, memberi arahan untuk bertindak agar memperoleh kepuasan dan kenikmatan. Sementara itu Hurluck (1990:149) menyatakan bahwa minat merupakan sumber motivasi yang mendorong individu untuk melakukan apa yang diinginkan dengan kebebasan memilih. Bila mereka melihat sesuatu yang mempunyai manfaat bagi dirinya, maka mereka akan tertarik dan menimbulkan kepuasan.
Slameto (2003:57), menyatakan bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tida adanya daya tarik batinnya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Meskipun para ahli memberikan pengertian minat dengan bahasa yang berbeda namun sebenarnya memiliki arti dan makna yang sama, yakni minat adalah perhatian yang timbul karena adanya respon sehingga seseorang terangsang dan senang untuk berperilaku seperti yang dilihat atau dirasakannya. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan seseorang terhadap sesuatu yang menjadi perhatian sehingga dapat menyenangkan dirinya. Dengan demikian berarti bahwa seseorang dikatakan mempunyai minat jika memiliki tiga unsur pokok yaitu adanya perhatian, perilaku dan rasa senang terhadap sesuatu. Sedangkan indikator minat menurut Crown (1987) adalah  1) Perhatian terhadap sesuatu, 2) dorongan terhadap sesuatu, dan 3) kenikmatan/kesenangan terhadap sesuatu. (http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-22904-BAB%20II%20.pdf). Dengan adanya indikator-indikator tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa adanya ketercapaian tujuan/ hasil belajar yang maksimal dan sesuai dengan yang diharapkan terhadap kejuruan yang ditekuni oleh siswa.
Pendidikan kejuruan mencakup semua pendidikan yang membentuk seseorang lebih kompeten dari pada yang lain dalam suatu pekerjaan sehingga siswa yang telah memasuki pendidikan kejuruan telah memiliki suatu keahlian yang mengarahkan kepada suatu pekerjaan (Evash, 1968).  Kamisa (1997), menyatakan bahwa kejuruan adalah keahlian dalam suatu bidang tertentu atau keahlian khusus dan keahlian dalam melakukan sesuatu. Lebih lanjut Kamisa (1997), menyatakan bahwa keahlian adalah kemahiran dalam suatu ilmu. Pendidikan kejuruan mencakup semua pendidikan yang membentuk seseorang lebih kompeten dari pada yang lain dalam suatu pekerjaan sehingga siswa yang telah memasuki pendidikan kejuruan telah memiliki suatu keahlian yang mengarahkan kepada suatu pekerjaan (Evash, 1968). Dengan demikian sekolah kejuruan adalah lembaga pendidikan yang mengelola atau mengembangkan pengetahuan siswa yang mengarah pada suatu tujuan khusus agar siswa disiapkan agar mengisi lapangan pekerjaan. Setiap siswa memiliki minat kejuruan yang berbeda-beda, sesuai dengan pribadinya masing-masing yang cenderung untuk berubah - ubah. Hal ini dipengaruhi oleh lingkungan atau tempat tinggal, informasi dan pengalaman atau pengetahuan yang diperolehnya. Tempat tinggal yang dapat memberikan kontribusi dalam memunculkan minat serta informasi dan pengetahuan yang benar dan tepat dapat memberikan gambaran yang diminat oleh siswa. Setelah mendapatkan gambaran dan informasi seseorang dapat memilih untuk meneruskan minatnya itu atau malah mengurungkan minatnya menekuni suatu bidang tertentu. Selain itu minat juga dapat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi anak. Ketika seorang siswa mulai berfikir tentang pekerjaan dimasa mendatang, seorang siswa mulai menentukan apa yang ingin ia lakukan. Semakin yakin atas pekerjaan yang diidamkan maka semakin besar pula minat mereka terhadap kegiatan tersebut. Disinilah diperlukannya peran pendidik dalam hal ini seorang guru untuk meningkatkan minat yang telah ada pada diri setiap siswa, pendidik diharapkan dapat membentuk minat yang lebih besar pengaruhnya bagi siswa. Hal ini disebabkan jika pendidik dapat memunculkan minat siswa sesuai dengan keahlian bidangnya dalam pengajaran akan dapat bisa memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, sehingga siswa dapat menguraikan kegunaannya, dapat mengaplikasikan di dunia usaha atau dunia industry serta dapat berguna bagi siswa di masa yang akan datang.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa minat kejuruan akan dapat mengarahkan siswa agar lebih sungguh – sungguh belajar dan dapat berprestasi dengan sebaik mungkin. Suatu minat dapat dibuktikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai atau ada ketertarikan suatu hal dari pada hal lainnya, dan dapat pula dimanifestasikan melalui partsisipasi dalam suatu kegiatan belajar dan mengerjakan tugas-tugas belajar lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setiap siswa yang memiliki minat kejuruan sesuai dengan jurusan yang dipilih akan memiliki keterampilan yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang tidak memiliki minat dengan jurusan tersebut dan siswa yang memiliki minat terhadap kejuruan tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap jurusan teknik gambar bangunan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat kejuruan merupakan suatu keinginan yang cenderung menetap pada individu seseorang untuk mengarahkan pada suatu pilihan tertentu sebagai kebutuhannya disertai dengan perasaan senang untuk mempelajarinya sehingga timbul dorongan untuk berusaha mencapai hasil yang lebih baik dalam belajar, kemudian dilanjutkan untuk diwujudkan dalam tindakan nyata dengan adanya perhatian pada objek yang diinginkannya itu untuk mencari lebih jauh informasi sebagai wawasan bagi dirinya. Demikian halnya dengan para siswa kelas X Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Merdeka Berastagi yang berminat dan telah memilih untuk melanjutkan pendidikan menengah  di SMK, dan ketika minat kejuruan tersebut ada dan menetap pada setiap individu siswa, maka timbullah rasa ingin mengetahui tentang objek yang dibutuhkannya serta dikaitkan dengan cita-citanya dimasa yang akan datang.

2.        Hakikat Kelengkapan Fasilitas Belajar Siswa di Sekolah
Kelengkapan berasal dari kata lengkap yang ditambah imbuhan ke- dan an, lengkap berarti sudah/ telah tersedia, sempurna. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kelengkapan yaitu sesuatu yang telah terpenuhi. Maka dapat disimpulkan bahwa kelengkapan adalah sesuatu hal yang telah disediakan atau telah terpenuhi.
Fasilitas berasal dari bahasa Belanda yaitu, faciliteit, yang artinya sarana dan prasarana atau wahana untuk melakukan atau mempermudah sesuatu. Menurut Poerwdaminta (1998:126) fasilitas adalah alat (bahan) pembantu. Selanjutnya, menurut Gie dalam Puspita (2005), fasilitas adalah persyaratan yang meliputi keadaan sekeliling tempat belajar dan keadaan jasmani siswa atau anak. Meliputi ruang tempat belajar, penerangan cukup, buku-buku pegangan dan peralatan lain dalam hal ini kelengkapan fasilitas belajar siswa di sekolah.
Selanjutnya, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 314), fasilitas adalah segala hal yang dapat memudah perkara (kelancaran tugas dan sebagainya) atau kemudahan. Kelengkapan fasilitas belajar harus memadai karena sangat membantu siswa dalam belajar sebab tersedianya berbagai faktor pendukung kegiatan belajar akan membantu siswa lebih giat dalam belajar dan dapat mengeksplore ide – ide imajinatif yang mereka miliki.
Menurut Daradjat (2004), bahwa fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya dan memperlancar kerja dalam rangka mencapai tujuan. Sedangkan menurut Subroto (2008), fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah dan memperlancar pelaksanaan suatu usaha dapat berupa benda-benda maupun uang. Selanjutnya menurut Arikunto (2002) fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat mempermudahkan dan memperlancar pelaksanaan segala sesuatu usaha. Fasilitas sangat penting dalam proses pembelajaran dan kegiatan siswa lainnya  di sekolah, dengan tersedianya fasilitas yang memadai dapat menimbulkan minat dan perhatian dari siswa untuk penyampaian materi pembelajaran. Menurut Muhroji, dkk (2004:49) “Fasilitas belajar adalah semua yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik bergerak maupun tidak bergerak agar tercapai tujuan pendidikan dapat berjalan lancar, teratur, effektif, dan efisien” (http://devamelodica.com/contoh-teori-fasilitas-belajar-untuk-skripsi-pendidikan/).
Fasilitas belajar identik dengan sarana prasarana pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab VII Standar Sarana dan Prasarana, Pasal 42 di dalam Prantiya (2008) menegaskan bahwa ; 1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yan diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan, 2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perputakaan ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat olahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berekreasi dan ruang/ tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Mulyasa di dalam Prantiya (2008) menyatakan bahwa, yang dimaksud dengan sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khsususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti halaman sekolah sebagai lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.
Dari beberapa pendapat yang dirumuskan oleh para ahli mengenai pengertian fasilitas dapat dirumuskan bahwa fasilitas dalam dunia pendidikan adalah segala sesuatu sarana dan prasarana di lingkungan sekolah, guna memudahkan terselenggaranya proses belajar mengajar, kegiatan administrasi sekolah dan kegiatan – kegiatan belajar lainnya. Sehingga keberadaan fasilitas belajar di sekolah sangat berperan dalam mensukseskan proses belajar.
Adapun yang dimaksud belajar menurut Soemanto di dalam Sam (2008) adalah proses dari perkembangan hidup manusia, dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan kualtatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Sedangkan menurut Slameto (2003:2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri yang berinteraksi dengan lingkungannya.
Dari defenisi-defenisi belajar yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh perubahan baik berupa pengalaman, tingkah laku maupun keterampilan.
Adapun yang dimaksud dengan kelengkapan fasilitas belajar siswa di sekolah adalah segala sesuatu kebutuhan yang telah disediakan dan diperlukan oleh siswa dalam rangka untuk memudahkan, melancarkan dan menunjang segala kegiatan belajar di sekolah. Supaya lebih efektif dan efesien yang nantinya siswa dapat belajar dengan maksimal dan memperoleh hasil belajar yang memuaskan.
Kegiatan belajar mengajar akan berjalan lancar, teratur, efektif dan efisien jika ditunjang dengan fasilitas belajar yang memadai, baik yang disediakan sekolah maupun milik pribadi. Karena tanpa adanya fasilitas yang memenuhi persyaratan tentunya kegiatan belajar dan keberhasilan belajar akan terhambat dan tidak tercapainya tujuan pembelajaran pada setiap mata diklat. Adapun fasilitas-fasilitas belajar di sekolah yaitu :
1)        Gedung Sekolah
Gedung sekolah menjadi pusat perhatian dan pertimbangan bagi setiap pelajar yang ingin memasuki suatu lembaga sekolah tertentu. Karena sebagian siswa beranggapan kalau suatu sekolah mempunyai bangunan fisik yang memadai tentunya para siswa dapat belajar dengan nyaman.
Gedung sekolah sekolah sebagai tempat belajar bagi siswa hendaknya mempunyai suasana yang baik, yaitu yang dapat mendukung belajar siswa. Tempat yang baik adalah tempat yang tenang, tertata dengan rapi, bersih, tempat yang tersendiri atau tidak bercampur dengan rumah penduduk dan gedung-gedung lainnya, jauh dari kebisingan, mempunyai penghijauan di lingkungan sekolah, warna dindingnya sebaiknya jangan yang tajam atau mencolok dan dalam ruangan harus ada penerangan. Menurut Rahayu dalam Kartono (1985 : 66) mengatakan bahwa gedung sekolah yang tidak memenuhi syarat akan menghambat dalam proses belajar siswa. Dalam hal ini misalnya adalah ruangan yang gelap, ventilasi udara yang kurang, tempat sekeliling udara yang ramai. Untuk dapat mendukung proses belajar siswa di sekolah, terlebih lagi jika jumlah siswa yang ada cukup banyak yang memiliki beragam karakteristik menuntut adanya suasana sekolah yang dapat membantu proses belajar mereka. Keadaan sekolah pada umumnya yang tenang jauh dari kebisingan dapat membuat kegiatan belajar lebih kondusif. Dengan keadaan sekolah yang tenang siswa akan belajar dengan baik dan lebih berkonsentrasi dalam belajar hal ini tentu akan berdampak pada proses dan hasil belajar siswa.
2)        Ruang Kantor
Definisi kantor pada umumnya adalah tempat dimana dilakukan berbagai macam kegiatan pelaksanaan organisasi dalam rangka mencapai tujuannya. Setiap lembaga pendidikan memiliki kantor yang dapat membantu untuk kelancaran kegiatan pembelajaran di sekolah. Kantor adalah suatu tempat kerja, tempat beraktivitas, dimana tenaga kependidikan melakukan segala proses perencanaan kegiatan pembelajaran serta administrasi sekolah
Adapun ruang kantor yang ada di sekolah, diantaranya : a) kantor kepala sekolah, 2) kantor guru, c) kantor tata usaha, d) kantor BK/ BP, dan e) ruang komite. Pada instansi yang lebih besar ruang kantor merupakan sebuah gedung yang terpisah dan dibangun sesuai dengan kebutuhan.
3)        Ruang/ Tempat Belajar
Untuk mewadahi aktivitas siswa di sekolah dalam mengikuti kegiatan belajar dibutuhkan ruang/ tempat belajar yang baik, sesuai dengan standar kebutuhan. Surya (1979:80), menyatakan bahwa keadaan fisik tempat belajar itu berlangsung di sekolah maupun di rumah, sangat mempengaruhi efesiensi hal belajar dengan tenang dan teratur. Secara ideal, Ruang belajar harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1)            Pencahayaan serta ventilasi yang baik, karena ruang demikian akan terasa besar bantuannya dalam kebiatan belajar. Sebaliknya ruang yang gelap atau memerlukan penerangan pada siang hari  dan pengap tentunya kurang baik bagi kesehatan dan sedikit-banyak kurang menunjang kepentingan belajar
2)            Jauh dari hiruk-pikuk jalan raya atau keramaian kota, karena hal itu akan mengganggu konsentrasi anak dalam belajar. Menempati ruang yang tenang dan jauh dari kegaduhan lebih mendukung anak dalam belajar.
3)            Menjaga kebersihan, kerapihan dan keindahan ruangan agar ruangan sedap dipandang mata.
4)            Lingkungan tertib dan aman, karena lingkungan yang kurang aman akan turut mengganggu konsentrasi belajar, bahkan secara fisik mungkin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
5)            Menciptakan situasi ruang belajar yang nyaman, hal terebut dirasa penting guna membantu ketenangan dan kesenangan belajar serta kenyamanan akan membawa kejernihan suasana dan mempengaruhi pula prilaku dan sikap.
6)            Ukuran ruang cukup memadai untuk kegiatan belajar, ukuran ruang kelas hendaknya disesuaikan dengan rancangan pengembangan instruksional yang sangat effektif untuk belajar mengajar sehingga daya serap anak didik terhadap suara guru dapat mendengar dengan baik.
7)            Cat tembok, meski tergolong sesuatu yang bersifat subjektif namun hendaknya pemilihan warna jangan yang bersifat mencolok.
8)            Atur ruangan agar serasi terhadap penempatan meja dan kursi serta peralatan-peralatan lain, dan jangan biarkan terkesan semrawut dan berantakan karena akan mempengaruhi motif belajar. (Hamalik. 2003)
Sebaliknya keadaan lingkungan fisik yang kurang memadai akan mengurangi efesiensi hail belajar. Untuk  itu perlu sekali diperhatikan masalah fisik untuk ruang belajar ini, misalnya ukuran ruangan, pengaturan cahaya, ventilasi, suasana tempat belajar serta perabotan belajar.
Menurut Sukardi (2003:46) bahwa dalam hal ini yang disebut dengan perabotan belajar adalah meja, kursi, lemari (rak buku), dan buku-buku. Peralatan lain yang diperlukan white board, alat-alat tulis, dan sebagainya. Berdasarkan pendapat diatas, maka kelengkapan fasilitas belajar siswa khusunya ruangan harus diperhatikan standar ukuran ruangan, penataan ruangan, pengaturan penerangan, ventilasi dan juga suasana tempat belajarnya serta perabotan belajar, sehingga dapat terciptanya suasana yang menyenangkan dan lebih terfokus pada saat belajar.
4)        Laboratorium
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), salah satu lembaga yang mencetak tanaga kerja menengah yang siap pakai di dunia industri/ usaha, memegang peranan penting dalam mewujudkan setiap lulusan yang berkompeten. Mewujudkan siswa yang berkompeten harus terdidik dan terlatih sesuai dengan keahlian yang ditekuni. Untuk berlatih dibutuhkan ruangan terkhusus saperti laboratorium atau workhsop yang lengkap.
Laboratorium dimanfaatkan sebagai wadah siswa untuk menggali ilmu pengetahuan dan meningkatkan keahlian melalui praktik secara langsung, latihan, penelitian, percobaan. Menurut Sukarso dalam awan (2012), laboratorium ialah suatu tempat dimana dilakukan kegiatan kerja untuk mernghasilkan sesuatu. Tempat ini dapat merupakan suatu ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, misalnya kebun dan lain-lain. Berdasarkan definisi tersebut, laboratorium adalah suatu tempat yang digunakan untuk melakukan percobaan maupun pelatihan yang berhubungan dengan mata pendidikan latihan (diklat), yang merupakan suatu ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka seperti kebun dan lain-lain. Pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), laboratorium dilengkapi dengan sarana dan prasarananya. Laboratorium mempunyai kekhususan dan diberi nama sesuai kekhususannya tersebut. Adapaun laboratorium di sekolah yaitu, a) laboratorium, b) laboratorium bahasa, c) laboratorium pratek batu dan beton, d) laboratorium praktek perkayuan e) laboratorium fisika, f) laboratorium kimia, dan lain sebagainya. Fasilitas laboratorium dibangun berdasarkan kebutuhan sekolah.
5)        Studio Gambar
Hasil belajar yang baik akan terwujud jika memadai segala fasilitas yang dapat memperlancar kegiatan pembelajaran. demikian juga dalam proses kegiatan menggambar, siswa akan lebih mudah melaksanakan pekerjaannya jika didukung dengan studio yang lengkap. Menurut kamus besar bahasa indonesia, studio diartikan sebagai tempat bekerja, studio merupakan ruang tempat mengerjakan atau mempelajari sesuatu, misalnya ruang belajar, ruang kerja pelukis, ruang gambar, pemahat, juru foto dan sebagainya.
Sudio gambar harus ditata dengan baik. ukuran ruangan harus sesuai dengan persyaratan , karena studio gambar yang baik harus mampu memberikan suasana yang dapat membangkitkan semangat dan kemauan siswa dalam belajar. Menurut Mizar (2012), kebutuhan untuk gambar disesuaikan menurut jenis aktivitas dan jenis gambarnya, ukuran pokok ruangan studio gambar yaitu 15 x 8 m,  luas ruangan untuk setiap yang dibutuhkan dalam kegiatan menggambar memerlukan tempat 3,5 – 4,5 m2 setiap meja gambar. Selanjutnya Neufert dalam Mizar (2012) mengungkapkan bahwa ruang studio gambar sebaiknya menghadap utara karena untuk menyesuaikan cahaya siang matahari.
Studio  gambar dilengkapi dengan bahan serta peralatan-peralatan yang digunakan dalam proses penggambaran. Diantaranya, a) Alat pokok gambar, misalnya: meja gambar, pensil lunak dan keras dengan berbagai ukuran, rapido, penggaris segitiga, busur derajat, jangka, penghapus, mistar, b) Alat bantu menggambar, seperti: sablon huruf dan angka, mal lingkaran (circle), mal arsitek, sablon elips, mal penghapus, ring rapido, lap/sapu, alat untuk mewarnai, rugos, letering set, dan c) Bahan untuk menggambar seperti: isolasi, tinta, kertas atau buku gambar putih, kertas atau buku mili meter dan kertas kalkir. Siswa juga harus memiliki bahan dan peralatan tersendiri dan dituntut berpatisipasi dalam melengkapi kebutuhan – kebutuhan pada saat praktek menggambar.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa studio gambar merupakan suatu ruangan yang dirancang khusus, memiliki persyaratan serta dilengkapi dengan segala fasilitas – fasilitas yang digunakan untuk kegiatan menggambar dan untuk melakukan yang mendukung dalam kegiatan menggambar. Studio gambar yang bersih, rapi, sehat, lengkap, tidak lembab dan indah serta mendapatkan sirkulasi udara yang segar akan memberikan suasana yang dapat membangkitkan minat siswa dalam belajar.
6)        Alat/ Media Pengajaran
Media merupakan kata yang berasal dari bahasa latin medius, yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’ (Arsyad, 2000:3). Oleh karena itu, media dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media dapat berupa sesuatu bahan (software) dan/atau alat (hardware). Sedangkan menurut Gerlach & Ely dalam Arsyad, (2002), bahwa media jika dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi, yang menyebabkan siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Jadi menurut pengertian ini, guru, teman sebaya, buku teks, lingkungan sekolah dan luar sekolah, bagi seorang siswa merupakan media. Pengertian ini sejalan dengan batasan yang disampaikan oleh Gagne (1985), yang menyatakan bahwa media merupakan berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar.
a)        Media grafis. Pada prinsipnya semua jenis media dalam kelompok ini merupakan penyampaian pesan lewat simbul-simbul visual dan melibatkan rangsangan indera penglihatan. Karakteristik yang dimiliki adalah: bersifat kongkret, dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang masalah apa saja dan pada tingkat usia berapa saja, murah harganya dan mudah mendapatkan serta menggunakannya, terkadang memiliki ciri abstrak (pada jenis media diagram), merupakan ringkasan visual suatu proses, terkadang menggunakan simbul-simbul verbal (pada jenis media grafik), dan mengandung pesan yang bersifat interpretatif.
b)        Media audio. Hakekat dari jenis-jenis media dalam kelompok ini adalah berupa pesan yang disampaikan atau dituangkan kedalam simbul-simbul auditif (verbal dan/atau non-verbal), yang melibatkan rangsangan indera pendengaran. Secara umum media audio memiliki karakteristik atau ciri sebagai berikut: mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu (mudah dipindahkan dan jangkauannya luas), pesan/program dapat direkam dan diputar kembali sesukanya, dapat mengembangkan daya imajinasi dan merangsang partisipasi aktif pendengarnya, dapat mengatasi masalah kekurangan guru, sifat komunikasinya hanya satu arah, sangat sesuai untuk pengajaran musik dan bahasa, dan pesan/informasi atau program terikat dengan jadwal siaran (pada jenis media radio).
c)        Media proyeksi diam. Beberapa jenis media yang termasuk kelompok ini memerlukan alat bantu (misal proyektor) dalam penyajiannya. Ada kalanya media ini hanya disajikan dengan penampilan visual saja, atau disertai rekaman audio. Karakteristik umum media ini adalah: pesan yang sama dapat disebarkan ke seluruh siswa secara serentak, penyajiannya berada dalam kontrol guru, cara penyimpanannya mudah (praktis), dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan indera, menyajikan obyek -obyek secara diam (pada media dengan penampilan visual saja), terkadang dalam penyajiannya memerlukan ruangan gelap, lebih mahal dari kelompok media grafis, sesuai untuk mengajarkan keterampilan tertentu, sesuai untuk belajar secara berkelompok atau individual, praktis dipergunakan untuk semua ukuran ruangan kelas, mampu menyajikan teori dan praktek secara terpadu, menggunakan teknik-teknik warna, animasi, gerak lambat untuk menampilkan obyek/kejadian tertentu (terutama pada jenis media film), dan media film lebih realistik, dapat diulang-ulang, dihentikan, dsb., sesuai dengan kebutuhan.
d)       Media permainan dan simulasi, kelompok media pembelajaran ini, misalnya simulasi dan permainan peran, atau permainan simulasi. Meskipun berbeda-beda, semuanya dapat dikelompkkan ke dalam satu istilah yaitu permainan (Sadiman, 1990). Ciri atau karakteristik dari media ini adalah: melibatkan pebelajar secara aktif dalam proses belajar, peran pengajar tidak begitu kelihatan tetapi yang menonjol adalah aktivitas interaksi antar pebelajar, dapat memberikan umpan balik langsung, memungkinkan penerapan konsep-konsep atau peran-peran ke dalam situasi nyata di masyarakat, memiliki sifat luwes karena dapat dipakai untuk berbagai tujuan pembelajaran dengan mengubah alat dan persoalannya sedikit saja, mampu meningkatkan kemampuan komunikatif pebelajar, mampu mengatasi keterbatasan pebelajar yang sulit belajar dengan metode tradisional, dan dalam penyajiannya mudah dibuat serta diperbanyak.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar.  Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, sesuai dengan materi pelajaran serta seuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pengajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia.
7)        Jaringan Internet ( Wi-Fi)
Wi-Fi adalah teknologi populer yang memungkinkan perangkat elektronik untuk pertukaran data secara nirkabel (menggunakan gelombang radio) melalui jaringan komputer, menggunakan koneksi dengan kecepatan tinggi internet (Wikipedia). Wi-Fi Alliance mendefinisikan Wi-Fi yaitu jaringan area lokal nirkabel (WLAN) yang diproduksi yang didasarkan pada standar Institute of Electrical dan Electronics Engineers (IEEE) 802.11. Namun, karena WLAN paling modern didasarkan pada standar ini, istilah Wi-Fi.
Keberadaan Wi-Fi di sekolah sangat berperan aktif dalam menunjang proses belajar megajar dan kegiatan – kegiatan lainnya yang dapat memberikan dampak positif pada kemajuan belajar siswa di sekolah. Dengan adanya Wi-fi, para tanaga pendidik, pegawai dan murid bisa mengakses informasi dari internet, menjadikan internet sebagai sumber belajar. Dengan memadai fasilitas internet di lingkungan sekolah siswa lebih giat lagi dalam belajar dan bisa meningkatkan prestasi dengan baik.
8)        Perpustakaan
Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah membaca merupakan salah atu kegiatan pokok yang tidak mungkin dihindari oleh setiap siswa. Untuk itu perlu adanya gudang bacaan berupa perpustakaan untuk mengembangkan materi yang di pelajari pada waktu berlangsung proses pembelajaran, karena belajar tidak hanya sebatas diruang kelas, perpustakaan juga sangat menunjang.
Perpustakaan sekolah merupakan suatu unit kerja bagian integral dari lembaga pendidikan sekolah yang berupa tempat menyimpan koleksi bahan pustaka. Perpustakaan sekolah dikelola dan diatur secara sistematis dengan cara tertentu digunakan oleh siswa dan guru sebagai sumber penelitian, membantu perencanaan pendidikan, menyediakan sajian yang baik perkembangan pribadi siswa, mendorong hasrat belajar, memahami karangan, memudahkan cara mengajar dan memnuhi kehausan peserta didik dalam mencari informasi sendiri.
Dari pengertian tersebut terlihat ciri dari perpustakaan yaitu, sebagai tempat yang di gunakan untuk mengumpulkan, menyimpan dan memelihara buku-buku, sebagai tempat untuk mengoleksi berbagai sumber bacaan yang berfungsi untuk sumber informasi yang disertai dengan tenaga pengelola. Untuk itu setiap perpustakaan sekolah yang ada harus di sekolah dengan baik sebagai sarana untuk memenuhi dan mendorong berbagai perhatian dan keingintahuan para siswa. Sehingga perpustakaan dapat berfungsi sebagai pusat kegiatan belajar mengajar, pusat penelitian sederhana dan pusat membaca guna menambah ilmu pengetahuan dan rekreasi.
9)        Tempat Ibadah
Tempat ibadah merupakan salah satu fasilitas belajar yang harus ada di sekolah. Seperti masjid atau mushollah untuk menunjang pendidikan agama islam, sekretariat/ pos pelayanan untuk yang beragama kristen dan tempat ibadah untuk agama yang lain sesuai dengan kebutuhan. Fungsi tempat ibadah sebagai tempat untuk melakukan kegiatan keagamaan, selain itu dapat digunakan sebagai sarana kegiatan yang berhubungan dengan kreativitas siswa, yang harus tujuan dari kegiatan tersebut untuk mengaplikasikan teori-teori yang dipelajari pada berlangsungnya suatu kegiatan belajar khususnya pendidikan agama. Sehingga peserta didik tidak hanya sebatas mempelajari teori-teori yang sudah ada, namun siswa dapat mengimplementasikan teori-teori yang ada dengan perbuatan yang nyata.


10)    Halaman / Lapangan
Halaman/ lapangan merupakan sarana penunjang yang memunyai pengaruh yang cukup penting dalam kegiatan di sekolah. Keberadaan halaman/ lapangan di sekolah adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan terutama oleh siswa. Halaman/ lapangan merupakan area umum yang mempunyai berbagai fungsi diantaranya, a) tempat upacara, b) tempat olahraga, c) tempat kegiatan luar ruangan, d) tempat latihan, e) tempat bermain/beristirahat.
11)    Taman Sekolah
Taman merupakan sebuah areal yang berisikan komponen material keras dan lunak yang saling mendukung satu sama lainnya yang sengaja direncanakan dan dibuat oleh manusia dalam kegunaanya sebagai tempat penyegar dalam dan luar ruangan (Wikipedia). Taman  di sekolah bisa menjadi salah satu media pengajaran yang efektif. Siswa pasti akan senang untuk belajar di luar kelas. Taman tidak hanya ditanami bunga dan tanaman hias saja. Tanaman yang berbuah, dan sayur-sayuran pun cocok untuk ditanam di taman sekolah. Mungkin siswa akan lebih senang dan lebih puas menikmati buah atau sayur-sayuran hasil menanamnya sendiri. Taman sekolah memberikan suasana yang sejuk, sehingga siswa dapat bertahan berada di lingkungan sekolah dengan berbagai kegiatan yang dapat menunjang prestasi siswa.
12)    Fasilitas – Fasilitas Lain
Fasilitas – fasilitas lain yang mendukung dalam kegiatan belajar siswa di lingkungan sekolah antara lain : a) tempat parkiran, b) kantin/cafeteria, c) ruang organisasi siswa (OSIS, pramuka, koperasi, pentas dan seni, dan lain - lain), d) ruang pos jaga/ keamanan, e) ruang unit produksi (UP), f) Kamar Mandi/ WC.
3.        Hakikat Hasil Belajar Dasar Kompetensi Kejuruan
Pada hakikatnya siswa yang belajar akan mengalami perubahan perilaku berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pengetahuan menunjuk pada informasi yang tersimpan dalam pikiran, sikap adalah kemampuan seseorang menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut, sedangkan keterampilan adalah suatu tindakan atau tingkah laku yang mampu diperlihatkan siswa sebagai tanda bahwa siswa tersebut telah belajar. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan (Hamalik, 2007:36). Selanjutnya Sabri (2007:31), mengemukakan belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sebab tingkah lakunya berkembang. Perubahan akibat belajar akan bertahan lama sampai pada taraf tertentu dan tidak hilang lagi, kemampuan yang diperoleh akan menjadi milik pribadi. Seandainya hasil belajar tidak berbekas tidak ada gunanya belajar. 
Hasil belajar merupakan produk akhir dari suatu kegiatan belajar berupa perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman maupun latihan. Menurut Djamarah (2002) hasil belajar adalah penguasaan siswa terhadap bahan/ materi pelajaran yang telah guru berikan ketika proses mengajar berlangsung. Selanjutnya Gagne dan Briggs (1979) mengemukakan bahwa hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, kemampuan motorik dan sikap. Hasil belajar merupakan perolehan prestasi yang dicapai secara maksimal oleh siswa.
Belajar merupakan proses atau kegiatan yang dijalani secara sadar untuk mendapatkan perubahan, baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan ataupun sikap. Hasil belajar merupakan prestasi yang dicapai siswa oleh karena adanya usaha sadar yang dilakukan siswa untuk mendapatkan perubahan baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan ataupun sikap. Hasil belajar merupakan kesanggupan untuk berbuat sesuatu sesuai dengan pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang telah  dimiliki oleh siswa. Dengan demikian, semakin banyak perolehan prestasi yang dimiliki siswa maka semakin tinggi pula tingkat kesanggupan siswa untuk berbuat pada masa akan datang.
Berdasarkan kurikulum dan silabus pada Sekolah Menengah Kejuruan Teknologi dan Rekayasa, mata diklat produktif pada Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan salah satunya yaitu Dasar Kompetensi Kejuruan (Menerapkan Dasar-Dasar Gambar Teknik). Setiap jurusan teknik pada tingkat SMK, di awal tahun ajaran baru diberikan mata diklat menerapkan dasar-dasar gambar teknik. Gambar teknik tentunya disesuaikan dengan kejuruan masing-masing. Dalam bidang teknik bangunan/ sipil.
Menurut Puerwanto (2001), gambar teknik merupakan gambar yang dibuat dengan menggunakan cara-cara, ketentuan-ketentuan, aturan-aturan yang telah disepakati bersama oleh para ahli teknik. Gambar teknik adalah suatu alat komunikasi yang memungkinkan para perancang memberikan informasi atau penjelasan kepada orang lain. Selanjutnya Mukomuko (1996) tentang defenisi gambar teknik bangunan adalah gambar yang menjelaskan bentuk bangunan secara jelas serta skala dan ukurannya dari bangunan itu sehingga para pelaksana mengerti dari penjelasan tersebut. Gambar teknik adalah gambar yang menjelaskan suatu objek dengan jelas, sesuai dengan standar penggambaran dan mudah dimengerti oleh pelaksana.
Pada mata diklat menerapkan dasar-dasar gambar teknik memiliki kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa yaitu, a) Menjelaskan dasar - dasar gambar teknik, b) mengidentifikasi segala alat dan bahan yang digunakan dalam menggambar, c) mampu menggambar garis dan mengetahui jenis-jenis garis pada gambar, d) Mata diklat ini juga menuntut siswa untuk memiliki kemampuan menganalisis bentuk bidang dan bentuk tiga dimensi gambar serta menuntut siswa untuk bisa membaca gambar dari tampak depan, samping, atas dan belakang, dan e) siswa juga mampu menggambar proyeksi dan perspektif atau tiga dimensi. Hal ini bertujuan untuk menyiapkan setiap tamatan menjadi tenaga kerja menengah dalam bidang gambar bangunan yang mampu bekerja mandiri, memiliki pengetahuan, menguasai keterampilan dan sikap profesional serta memiliki kepekaan dalam merencanakan dan mengembangkan suatu bangunan.
Dalam proses belajar siswa dituntut untuk dapat memanfaatkan waktu belajar sehingga tujuan pendidikan tercapai, pekerjaan menggambar teknik disesuaikan dengan pola belajar siswa yaitu bagaimana siswa mengatur dan melaksanakan kegiatan-kegiatan belajarnya. Pola belajar belajar siswa menunjukkan apakah siswa membuat perencanaan belajar bagaimana mereka melaksanakan dan menilai kegiatan belajarnya. Untuk melatih keterampilan siswa dalam memindahkan materi pelajaran yang diberikan sebelumnya kedalam praktik menggambar, maka siswa diberikan tugas-tugas oleh guru bidang diklat yang bersangkutan. Dalam penyelesaiannya dikerjakan di sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Dalam kaitannya dengan hasil belajar, maka hasil belajar dasar kompetensi kejuruan merupakan gambaran dan tingkat kesanggupan yang diperoleh dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dasar kompetensi kejuruan adalah kemampuan yang dapat ditunjukkan siswa atas penguasaannya pada mata diklat dasar kompetensi kejuruan yang dinyatakan dalam bentuk skor perolehan nilai baik angka maupun huruf.

4.        Penelitian Yang Relevan
Nababan (2012) melakukan penelitian tentang hubungan antara fasilitas bengkel bangunan dan minat belajar dengan hasil belajar praktek batu pada siswa kelas XI program keahlian konstruksi batu dan beton SMK Negeri 2 Pematang Siantar  tahun ajaran 2012/2013. Menyimpulkan bahwa Fasilitas Bengkel Bangunan (X1) dengan Hasil Belajar Praktek Batu (Y) sebesar 2,845 dan setelah dikonsultasikan dengan ttabel pada ά = 0,05 adalah 1,70. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan positif yang berarti  antara Fasilitas Bengkel Bangunan (X1) dengan Hasil Belajar Praktek Batu (Y) teruji kebenarannya. Dengan demikian hipotesis kerja (Ha) diterima dan dapat disimpulkan bahwa semakin lengkap Fasilitas Bengkel Bangunan (X1) maka semakin tinggi juga Hasil Belajar Praktek Batu (Y). Dan minat Belajar (X2) dengan Hasil Belajar Praktek Batu (Y) sebesar 2,275 dan setelah dikonsultasikan dengan rtabel pada ά = 0,05 adalah 1,70. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan positif yang berarti  Antara Minat Belajar (X2) dengan Hasil Belajar Praktek Batu (Y) teruji kebenarannya. Dengan demikian hipotesis kerja (Ha) diterima dan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi Minat Belajar (X2) maka semakin tinggi juga Hasil Belajar Praktek Batu (Y). Berdasarkan hasil dari analisis korelasi ganda ditemukan harga koefisien korelasi ganda sebesar 0,553 besar koefisien diterminasi (R2) = 0,306 yang berarti 30,60 % skor Y dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh variabel bebas (X1) dan (X2). Persamaan regresi ganda : Ŷ = 20,429 + 0,119 X1 - 0,169 X2 dan setelah diuji statistik F ternyata berarti pada taraf signifikasi 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin lengkap Fasilitas Bengkel Bangunan (X1) dan semakin tinggi Minat Belajar (X2), maka Hasil Belajar Praktek Batu (Y) juga akan semakin tinggi.
Selanjutnya, Kemit (2007) melakukan penelitian tentang Hubungan antara minat masuk sekolah menengah kejuruan (SMK) dan motivasi intrinsik dengan hasil belajar menggambar teknik pada siswa tingkat I program keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan. Menyimpulkan bahwa, 1) semakin tinggi minat masuk SMK maka semakin tinggi hasil belajar menggambar teknik. Besarnya korelasi antara variabel minat masuk SMK terhadap hasil belajar menggambar teknik adalah ry.1 = 0,423. Harga rtabel untuk N = 32 adalah 0,349. Sehingga ry.1>rtabel, 2) semakin tinggi motivasi intrinsik siswa maka semakin tinggi hasil belajar menggambar teknik. Besarnya korelasi antara variabel motivasi intrinsik terhadap hasil belajar menggambar teknik adalah ry.2 = 0,525. Harga rtabel untuk N = 32 adalah 0,349. Sehingga ry.2>rtabel, 3) minat masuk kejuruan SMK dan motivasi intrinsik dapat meningkatkan hasil belajar menggambar teknik dengan sumbangan 32 %. Semakin besar minat masuk SMK dan motivasi onstrinsik pada siswa semakin tinggi pula hasil belajar menggambar teknik siswa. Besarnya korelasi antara variabel minat masuk SMK terhadap hasil belajar menggambar teknik adalah ry.(12) = 0,5527. Harga rtabel untuk N = 32 adalah 0,349. Sehingga ry.1>rtabel. Hal ini dapat diterima karena dengan adanya minat  masuk SMK dan motivasi intrinsik yang tinggi  akan memudahkan siswa memahami materi pelajaran kejuruan khhususnya mata diklat menggambar teknik dasar yang merupakan salah satu mata pelajaran produktif di SMK.

B.       Kerangka Konseptual
1.        Hubungan Minat Kejuruan dengan Hasil Belajar Dasar Kompetensi Kejuruan
Sebagaimana telah diketahui bahwa SMK bertujuan untuk mendidik siswa guna memersiapkan lulusan teknik yang mampu bekerja di lapangan sesuai dengan pengalaman yang diperoleh dari keikutsertaan mengikuti proses belajar. Dari pernyataan ini dapat diberikan gambaran bahwa yang belajar di SMK akan mempunyai peluang untuk mendapatkan pekerjaan bahkan untuk menciptakan pekerjaan yang baru.
Dengan adanya pengetahuan akan tujuan SMK tersebut mendorong siswa untuk menulusurinya lebih mendalam, khususnya pada bidang teknik sipil/ bangunan. Siswa tertarik mengamati kegiatan-kegiatan dilapangan yang berkaitan dengan konstruksi bangunan, siswa tertarik membaca buku-buku yang berkaitan dengan bidang keahlian teknik bangunan. Jelasnya siswa menunjukkan kecenderungan yang terarah pada hal-hal yang berkaitan dengan bidang keahlian teknik bangunan berupa perhatian dan keinginan untuk untuk mendalaminya.
Sejalan dengan adanya yang diinginkan siswa dari program pendidikan SMK tersebut membuat siswa bertambah semangat belajar. Siswa akan menunjukkan dispilin belajar yang tinggi, aktif dan kreatif, mengikuti proses belajar mengajar yang diberikan oleh guru. Minat siswa masuk ke SMK diwujudkan siswa melalui belajarnya, antara lain menunjukkan rasa senang mengiktui PBM mata diklat dasar kompetensi kejuruan. Rasa senang terhadap kegiatan pembelajaran yang diikuti,memudahkan siswa mendalaami daan menguasai materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Siswa akan memberikan respon positif terhadap ketentuan-ketentuan yang diarahkan guru dalam upaya penguasaan materi pelajaran menggambar teknik, siswa akan berupaya meningkatkan pemahaman dan keterampilan setiap kompetensi melalui mengulang materi di rumah, di luar kelas, membaca buku-buku yang relevan, meningkatkan latihan-latihan menggambar, diskusi dengan teman-teman dan sebagainya. Jelasnya minat kejuruan yang tinggi akan mendukung hasil belajar yang baik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat menunjukkan bahwa minat kejuruan merupakan suatu kecenderungan atas dasar keinginan yang diharapkan berupa pengetahuan dan keterampilan berupa gunamemudahkan dirinya memperoleh kebutuhan didalam hidupnya. Keadaan tersebut merupakan pendorong dalam meningkatkan minat belajarnya pada PBM, khusunya pada mata diklat dasar kompetensi kejuruan. Dengan minat kejuruan yang tinggi tersebut dapat memperlancar siswa dalam memahami dan menguasai materi pelajaran yang diikuti, hingga memberikan hasil belajar yang baik. Hasil belajar tersebut diwujudkan dalam bentuk nilai/ skor seperti terdapat dalam raport siswa

2.        Hubungan Kelengkapan Fasilitas Belajar Siswa di Sekolah Dengan Hasil Belajar Dasar Kompetensi Kejuruan 
Kelengkapan fasilitas belajar di sekolah adalah segala sesuatu sarana dan prasarana yang telah tersedia dalam lingkungan sekolah yang digunakan memudahkan dalam suatu kegiatan ataupun pelajaran. Oleh karena itu, dengan adanya fasilitas belajar di sekolah yang memadai tentunya akan mempengaruhi siswa dalam proses belajar. Hal ini disebabkan semakin memadainya fasilitas belajar siswa di sekolah maka siswa lebih tertarik dalam mengikuti dan melakukan praktek menggambar akan semakin tinggi. Dengan demikian, maka hasil belajar siswa akan semakin tinggi pula. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan tinggi rendahnya hasil belajar yang dicapai tentunya dipengaruhi oleh kelengkapan fasilitas belajar siswa. Oleh karena itu, hasil belajar yang baik atau maksimal dapat dicapai apabila fasilitas belajar siswa memadai dan sesuai dengan kebutuhan kurikulum yang digunakan.
Sesuai dengan pernyataan di atas diduga bahwa ada hubungan dari kelengkapan fasilitas belajar siswa terhadap hasil belajar Dasar Kompetensi Kejuruan yaitu: semakin lengkap atau memadai fasilitas belajar siswa di sekolah maka akan semakin tinggi pula hasil belajar yang diperoleh siswa terhadap mata diklat Dasar Kompetensi Kejuruan.

3.        Hubungan Antara Minat Kejuruan dan Kelengkapan Fasilitas Belajar Siswa di Sekolah Dengan Hasil Belajar Dasar Kompetensi Kejuruan
Berdasarkan kerangka teoritis dapat dinyatakan bahwa minat kejuruan mempunyai hubungan yang erat dengan hasil belajar Dasar Kompetensi Kejuruan. Hal ini disebabkan karena siswa yang berminat tinggi maka siswa tersebut akan selalu bersungguh-sungguh dalam menyediakan fasilitas belajarnya dalam mengkuti kegiatan belajar serta mengerjakan tugas-tugas belajarnya. Timbulnya motivasi siswa dalam melakukan praktek menggambar atau belajar tentu akan meningkatkan hasil belajar siswa tersebut. Oleh karena itu, dapat disimpulkan  minat kejuruan sangat menentukan baik tidaknya hasil belajar Dasar Kompetensi Kejuruan. Demikian juga dengan kelengkapan fasilitas belajar siswa, semakin lengkap dan memadai fasilitas belajar siswa maka semakin tinggi pula  hasil belajar yang dicapai pada mata diklat dasar kompetensi kejuruan. Ketika seseorang berminat akan sesuatu hal maka dia akan berusaha mendapatkan atau menggelutinya dengan penuh tanggung jawab. Seseorang yang berminat pada jurusannya maka akan lebih giat dan menekuni pelajaran yang diterimanya, siswa akan cenderung memikirkan pelajaran dan berusaha untuk dapat menguasai pelajaran tersebut dengan baik. Dengan demikian bahwa minat kejuruan akan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Kedua variabel di atas saling mendukung dan tidak bisa berdiri sendiri. Oleh karena itu, penulis dapat mengambil praduga sebagai dasar dalam melakukan penelitian ini: dengan mempunyai minat kejuruan yang tinggi dan semakin lengkap fasilitas belajar siswa di sekolah, maka hasil belajar Dasar Kompetensi Kejuruan akan semakin baik atau tinggi.

C.      Pengajuan Hipotesis
Menurut Arikunto (2002:64) hipotesis dapat diartikan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan kajian teori yang diajukan dan dihubungkan dengan kerangka berpikir, maka  dalam penelitian ini hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.        Terdapat Hubungan yang positif dan signifikan antara minat kejuruan terhadap hasil belajar Dasar Kompetensi kejuruan pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Merdeka Berastagi Tahun Pembelajaran 2012/2013.
2.        Terdapat Hubungan yang positif dan signifikan antara kelengkapan fasilitas belajar siswa di sekolah terhadap hasil belajar Dasar Kompetensi Kejuruan pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Merdeka Berastagi Tahun Pembelajaran 2012/2013.
3.        Terdapat Hubungan yang positif dan signifikan antara minat kejuruan dengan kelengkapan fasilitas belajar siswa di dekolah terhadap hasil belajar Dasar Kompetensi Kejuruan pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Merdeka Berastagi Tahun Pembelajaran 2012/2013.
Hal ini ditunjukkan paradigma penelitian adalah sebagai berikut :




Gambar. 2.1. Paradigma Penelitian
Keterangan :
X1 (Variabel Bebas)    =  Minat Kejuruan
X2 (Variabel Bebas)    =  Kelengkapan Fasilitas Belajar Siswa di Sekolah
Y  (Variabel Terikat)   =  Hasil Belajar Dasar Kompetensi Kejuruan            
RY.1                                       =  Hubungan Minat Kejuruan Dengan  Hasil Belajar
                                        Dasar Kompetensi Kejuruan
RY2                                        =  Hubungan Kelengkapan Fasilitas Belajar Siswa
                                        di Sekolah Dengan Hasil Belajar
RY.1.2                            =  Hubungan Minat Kejuruan Dan Kelengkapan         Fasilitas Belajar Siswa di Sekolah Terhadap Hasil Belajar Dasar Kompetensi Kejuruan
                                    =  Arah Hubungan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Tempat Dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Merdeka Berastagi terhadap Siswa Kelas X Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan Tahun Pembelajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2013.

B.     Populasi Dan Sampel Penelitian
1.      Populasi
Sugiyono (2011:61) mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tetertetu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan Tahun Ajaran 2012/2013 sebanyak 1 kelas dan berjumlah 30 orang siswa.
2.      Sampel
45
Sudjana (2002 : 6) mengatakan bahwa sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi. Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
25
 Berdasarkan judul skripsi yang mengkhususkan siswa kelas X Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Merdeka Berastagi T.P 2012/2013, maka Sampel penelitian ini adalah sampel total yaitu sebanyak 30 orang.
C.    Metodologi Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Arikunto (1998:25), Metode deskriptif  adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan gejala-gejala yang ada pada saat penelitian. Menurut Sudjana (2001), jenis-jenis penelitian deskriptif antara lain: studi kasus, studi pengembangan, studi tindak lanjut, studi kecenderungan, survey pendidikan dan studi korelasi. Maka metode penelitian yang akan digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif jenis studi korelasi. Metode deskriptif studi korelasi merupakan penelaahan hubungan antara dua variabel atau lebih pada satu studi atau pada suatu subjek. Tujuan diadakan metode deskriptif korelasional adalah untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara minat kejuruan dan kelengkapan fasilitas belajar siswa terhadap hasil belajar Dasar Kompetensi Kejuruan siswa kelas X Jurusan Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Merdeka Berastagi Tahun Pembelajaran 2012/2013.

D.    Defenisi Operasional
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah Minat Kejuruan (X1) dan Kelengkapan Fasilitas Belajar Siswa (X2) sebagai variabel bebas sedangkan hasil Dasar Kompetensi kejuruan (Y) sebagai variabel terikat.
Untuk menghindari penafsiran yang menyimpang maka perlu dijelaskan defenisi operasional yang berkenaan dengan judul penelitian ini, antara lain:
1.      Minat kejuruan (X1) adalah suatu keinginan yang cenderung menetap pada individu seseorang untuk mengarahkan pada suatu pilihan tertentu sebagai kebutuhannya disertai dengan perasaan senang untuk mempelajarinya sehingga timbul dorongan untuk berusaha mencapai hasil yang lebih baik dalam belajar, kemudian dilanjutkan untuk diwujudkan dalam tindakan nyata dengan adanya perhatian pada objek yang diinginkannya itu untuk mencari lebih jauh informasi sebagai wawasan bagi dirinya. Adapun indikator – indikator minat kejuruan (X1) yaitu, a) dorongan untuk masuk SMK program keeahlian teknik gambar bangunan, b) Perasaan senang terhadap pelaksanaan praktek kejuruan, c) perhatian terhadap mata diklat DKK, dan d) keinginan untuk mempelajari pelajaran yang berkaitan dengan ilmu teknik sipil/ teknik gambar bangunan.
2.      Kelengkapan fasilitas belajar siswa di sekolah (X2) adalah segala sesuatu kebutuhan yang telah disediakan dan diperlukan oleh siswa dalam rangka untuk memudahkan, melancarkan dan menunjang segala kegiatan belajar di sekolah. Fasilitas – fasilitas belajar di sekolah yaitu, 1) gedung sekolah, 2) ruang/ tempat belajar, 3) halaman sekolah, 4) taman sekolah, 5) studio gambar, 6) jaringan internet (Wi-Fi), 7) perpustakaan, 8) alat/ media pengajaran, 9) tempat ibadah, 10)  ruang kantor, 11) laboratorium dan 12) fasilitas fasilitas lain seperti tempat parkiran, kantin/cafeteria, ruang organisasi siswa (OSIS, pramuka, koperasi, pentas dan seni, dan lain - lain), ruang pos jaga/ keamanan, ruang unit produksi (UP), kamar Mandi/ WC. Adapun indiktor – indikator kelengkapan fasilitas belajar siswa di sekolah yaitu, a) keadaan fasilitas, b) kelengkapan fasilitas, c) ketidaklengkapan fasilitas, d) manfaat fasilitas yang digunakan siswa di sekolah, e) relevansi fasilitas dengan kebutuhan, f) kualitas fasilitas, dan g) pemeliharaan fasilitas.
3.      Hasil belajar dasar kompetensi kejuruan (Y) adalah kemampuan yang dapat ditunjukkan siswa atas penguasaannya dalam mata diklat DKK antara lain, 1) Menerapkan dasar-dasar gambar teknik, 2) Mengidentifikasi peralatan gambar teknik, 3) Menggambar garis, 4) Menggambar bentuk bidang dan bentuk tiga dimensi, dan 5) Menggambar proyeksi benda.

E.     Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu tes dan angket. Pada penelitian ini ada 3 (tiga) data ubahan yang dikumpulkan yaitu: 1) data minat kejuruan dijaring melalui angket, 2) data kelengkapan fasilitas belajar siswa di sekolah melalui angket dan 3) data hasil belajar Dasar Kompetensi kejuruan dijaring melalui tes.

F.     Instrumen Penelitian
W. Gulo (2002:123) menjelaskan bahwa instrumen penelitian adalah pedoman tertulis tentang wawancara, atau pengamatan, atau daftar pernyataan, yang dipersiapkan untuk mendapatkan informasi dari responden. Pada penelitian ini instrumen penelitian yang dibutuhkan yaitu :


1.      Tes Hasil Belajar Dasar Kompetensi Kejuruan
Untuk mendapatkan data hasil belajar dasar kompetensi kejuruan dari siswa adalah dengan memberikan tes multiple choice pada siswa dengan 4 pilihan yaitu satu pilihan jawaban yang benar dan tiga pilihan jawaban sebagai pengecoh. Dalam penelitian ini yang diteliti adalah kemampuan yang digolongkan pada domain kognitif, yaitu perlakuan yang berhubungan dengan kemampuan mengembangkan intelegensinya. Penyusunan atau pembuatan soal/item untuk tes hasil belajar menguasai mata diklat dasar kompetensi kejuruan dari siswa berdasarkan tingkatan domain kognitif, yaitu ingatan/pengetahuan, pemahaman dan aplikasi. Materinya  diambil dari mata diklat dasar kompetensi kejuruan. Setiap butir soal yang dijawab salah serta jawaban kosong diberi nilai (0) nol dan setiap butir soal benar diberi nilai 1 (satu).

Tabel 3.1: Kisi-Kisi Tes Hasil Dasar Kompetensi Kejuruan
No
Kompetensi Dasar
Indikator
Nomor item
Jml
C1
C2
C3
1
Menjelaskan dasar-dasar gambar teknik
·   Fungsi  gambar teknik diidentifikasi dengan benar
·   Pengenalan istilah-istilah dalam gambar teknik
·   Standar huruf dan angka menurut ISO dan DIN
·   Skala gambar teknik 
·   Simbol-simbol material gambar teknik
·   Dimensi gambar teknik
12,6
3,4
5
5
2
Mengidentifikasi peralatan gambar teknik
·  Peralatan gambar teknik diidentifikasi berdasarkan jenisnya
·  Peralatan gambar teknik diidentifikasi berdasarkan fungsinya
·  Perawatan peralatan gambar teknik diidentifikasikan sesuai standart SOP
·  Penyimpanan peralatan gambar teknik diidentifikasikan sesuai standart SOP
7,11
9,10,
11
8
6
3
Menggambar Garis
·  Macam – macam garis serta kegunaannya, dijelaskan garis lurus dan garis putus - putus
·  Menggambar ketebalan garis, dijelaskan macam ketebalan garis
·  Menggambar garis lurus, dijelaskan cara menarik  garis lurus
·  Menggambar garis lengkung, dijelaskan cara menarik garis lengkung
13,17
20,18
14,
15,
16,
17,
19
9
4
Menggambar bentuk bidang dan bentuk tiga dimensi
·   Gambar sudut dikerjakan sesuai job sheet
·   Gambar segitiga dikerjakan sesuai job sheet
·   Gambar lingkaran dikerjakan sesuai job sheet
·   Dapat membagi keliling lingkaran sama besar dikerjakan sesuai job sheet
·   Gambar garis singgung lingkaran dikerjakan sesuai job sheet
·   Gambar segi lima beraturan dikerjakan sesuai job sheet
·   Gambar segi enam beraturan dikerjakan sesuai job sheet
·   Gambar segi tujuh beraturan dikerjakan sesuai job sheet
·   Gambar segi delapan beraturan dikerjakan sesuai job sheet
·   Gambar ellips dikerjakan sesuai job sheet
·   Gambar parabola dikerjakan sesuai job sheet
·   Gambar hiperbola dikerjakan sesuai job sheet
·   Gambar isometri kubus dikerjakan sesuai job sheet
·   Gambar isometri silinder dikerjakan sesuai job sheet
21,25
22,24
23
5
5
Menggambar Proyeksi Benda
·  Macam-macam proyeksi Orthogonal
·  Identifikasi bidang proyeksi pada sistem proyeksi Eropa
·  Identifikasi bidang proyeksi pada sistem proyeksi Amerika
·  Benda sederhana digambar dengan proyeksi sistem Eropa
·  Benda sederhana digambar dengan proyeksi sistem Amerika
29,30
28
27
4
Jumlah
30
  Keterangan: C1 = Pengetahuan, C2 = Pemahaman dan C3 = Penerapan
2.      Angket Minat Kejuruan
Minat kejuruan dijaring dengan menggunakan angket. Angket disusun oleh peneliti sendiri berdasarkan indikator yang ada, jumlah angket untuk minat kejuruan 30 butir. Angket ini memiliki 4 jawaban yang pilihannya bervariasi. Setiap pilihan diberi bobot sesuai dengan tabel berikut:
Tabel 3.2 Bobot  Nilai  Angket Minat Kejuruan
No
Pilihan
Pernyataan Positif
Pernyataan Negatif
1
Sangat Senang / Selalu
4
1
2
Senang / Sering
3
2
3
Tidak Senang / Jarang
2
3
4
Sangat Tidak Senang / Tidak Pernah
1
4
Adapun indikator- indikator dari instrumen minat kejuruan dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.3 Indikator – indikator minat kejuruan
No
Indikator
Nomor Item
Jumlah
1
Dorongan untuk masuk sekolah SMK program keahlian TGB
2,9,14,20,22,27,
6
2
Perasaan senang terhadap pengetahuan Teknik Gambar Bangunan
1,3,7,10,12,17,18,19,23,29
10
3
Perhatian terhadap mata diklat Dasar Kompetensi Kejuruan
6,8,11,15,24,28,30
7
4
Keinginan untuk mempelajari pelajaran yang berkaitan dengan ilmu sipil/ TGB
4,5,13,16,21,25,26,
7
Jumlah
30

3.      Angket Kelengkapan Fasilitas Belajar Siswa di Sekolah
Untuk mengukur (X1) fasilitas belajar siswa dijaring dengan menggunakan angket, penyusunan angket dimulai dengan perencanaan kisi-kisi. Angket disusun oleh peneliti sendiri berdasarkan indikator yang ada, jumlah angket untuk kelengkapan fasilitas belajar siswa sebanyak 30 butir. Instrumen penelitian tentang fasilitas belajar siswa ditujukan kepada siswa dengan asumsi menjawab pertanyaan dengan jujur. Instrumen ini menggunakan model skala likert yang terdiri dari empat pilihan jawaban, yang merentang dari “Sangat Setuju” sampai pada “Sangat Tidak Setuju”. Untuk pertanyaan diberi bobot sebagai berikut : Untuk pertanyaan positif adalah Sangat Setuju = 4, Setuju = 3, Tidak Setuju = 2, Sangat Tidak Setuju = 1, sedangkan untuk pertanyaan yang negatif adalah Sangat Setuju = 1, Setuju = 2, Tidak Setuju = 3, Sangat Tidak Setuju = 4.
Adapun indikator- indikator dari instrumen fasilitas belajar siswa dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.4 : Indikator-indikator kelengkapan fasilitas belajar siswa di sekolah
No
Indikator
Nomor Butir Angket
Jumlah
1
Keadaan fasilitas
1,2,3,11,13,15,19
7
2
Kelengkapan fasilitas
7,14,16,20, 6,8,17,21
8
3
Manfaat fasilitas yang digunakan siswa
4,5,12,23
4
4
Relevansi fasilitas dengan kebutuhan
9,10,25,28,30
5
5
Kualitas fasilitas
18,24
2
6
Pemeliharaan fasilitas
22,26,27,29
4
Jumlah
30

G.    Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen penelitian dilakukan penulis pada kelas X SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang. Setelah selesai menyusun angket dan tes serta penentuan skor, maka langkah berikutnya adalah uji coba instrumen. Uji coba instrumen dilakukan untuk mendapatkan alat pengumpul data yang sahih dan terandal, selanjutnya instrumen yang sahih dan terandal tersebut digunakan untuk menjaring data ubahan dari siswa. Penggunaan instrumen yang sahih dan terandal dimaksudkan untuk mendapatkan data-data dari masing-masing ubahan yang hasilnya dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Uji coba yang dilakukan adalah uji validitas dan uji reliabilitas. Untuk mengukur kesahihan dan keterhandalan instrumen penelitian dilakukan dengan:
1.        Angket Minat Kejuruan (X1)
a.        Uji Validitas Angket
Menurut Arikunto (1993:88) uji validitas angket adalah keaslian suatu angket yang hasilnya memiliki kesejajaran antara hasil angket dan kriteria. Untuk mengetahui validitas butir soal angket minat kejuruan dapat diuji dengan menggunakan rumus Korelasi Product Momen seperti yang dikemukakan Arikunto (2007 : 72) berikut :
            Dimana :
                            : Koefisien korelasi antara ubahan X dan ubahan Y
                          : Jumlah skor total distribusi X
                            : Jumlah skor total distribusi Y
                         : Jumlah perkalian skor X dan Y
                            : Jumlah responden
                         : Jumlah kuadrat skor distribusi X
                         : Jumlah kuadrat skor distribusi Y
            Besarnya  hitung dikonsultasikan pada rtabel dengan batas signifikan 5%. Apabila didapat rhitung > rtabel.    
b.        Uji Reliabilitas Angket
Menurut Arikunto (1993 : 88) reliabilitas angket adalah ketetapan yang mantap dan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi dan apabila hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan berarti. Untuk menguji keterandalan (reliabilitas) minat kejuruan digunakan rumus Alpha yang dikemukakan Arikunto (2007 : 109) sebagai berikut :
 
      Dimana :
                             : Reliabilitas instrumen
                             : Banyaknya soal
                          : Jumlah varians skor tiap-tiap item
                            : Varians total
            Varians butir dihitung dengan menggunakan rumus Arikunto (2007 : 110) berikut :
                 
                        Besarnya  yang diperoleh tersebut dikonsultasikan dengan indeks korelasi seperti yang dikemukakan Arikunto (1995 : 65) sebagai berikut :
Antara 0,800 s/d 1,000                 tergolong sangat tinggi
Antara 0,600 s/d 0,799                 tergolong tinggi
Antara 0,400 s/d 0,599                 tergolong cukup
Antara 0,200 s/d 0,399                 tergolong rendah
Antara 0,000 s/d 0,199                 tergolong sangat rendah


2.      Angket Kelengkapan Fasilitas Belajar Siswa di Sekolah (X2)
a.        Uji Validitas Angket
Menurut Arikunto (1993 : 88) uji validitas angket adalah keaslian suatu angket yang hasilnya memiliki kesejajaran antara hasil angket dan kriteria. Untuk mengetahui validitas butir soal angket kelengkapan fasilitas belajar siswa di sekolah dapat diuji dengan menggunakan rumus Korelasi Product Momen seperti yang dikemukakan Arikunto (2007 : 72) berikut :
      Dimana :
                            : Koefisien korelasi antara ubahan X dan ubahan Y
                          : Jumlah skor total dstribusi X
                            : Jumlah skor total dstribusi Y
                         : Jumlah perkalian skor X dan Y
                            : Jumlah responden
                         : Jumlah kuadrat skor distribusi X
                         : Jumlah kuadrat skor distribusi Y
            Besarnya  hitung dikonsultasikan pada rtabel dengan batas signifikan 5%. Apabila didapat rhitung > rtabel.

b.        Uji Reliabilitas Angket
Menurut Arikunto (1993 : 88) reliabilitas angket adalah ketetapan yang mantap dan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi dan apabila hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan berarti. Untuk menguji keterandalan (reliabilitas) kelengkapan fasilitas belajar siswa di sekolah digunakan rumus Alpha yang dikemukakan Arikunto (2007 : 109) sebagai berikut :
 
      Dimana :
                             : Reliabilitas instrumen
                             : Banyaknya soal
                          : Jumlah varians skor tiap-tiap item
                            : Varians total
Varians butir dihitung dengan menggunakan rumus Arikunto (2007 : 110):
                 
Besarnya  yang diperoleh tersebut dikonsultasikan dengan indeks korelasi seperti yang dikemukakan Arikunto (1995 : 65) sebagai berikut :
Antara 0,800 s/d 1,000                 tergolong sangat tinggi
Antara 0,600 s/d 0,799                 tergolong tinggi
Antara 0,400 s/d 0,599                 tergolong cukup
Antara 0,200 s/d 0,399                 tergolong rendah
Antara 0,000 s/d 0,199                 tergolong sangat rendah

3.        Tes  Hasil Belajar Dasar Kompetensi Kejuruan (Y)
a.        Uji Validitas Tes
Menurut Arikunto (1993 : 66) uji validitas tes adalah suatu tes yang hasilnya memiliki kesejajaran antara hasil tes dan kriteria. Untuk menghitung validitas tes diuji dengan menggunakan rumus Koefisien Korelasi Biserial seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2007 : 79) sebagai berikut :
            Dimana :
                          : koefisien korelasi biserial
                          : Mean skor dari subyek yang menjawab benar
                           : Mean skor total
                             : Standar siswa yang menjawab benar
                              : Proporsi siswa yang menjawab benar
                               : Proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1 – p)
b.         Uji Reliabilitas Tes
Menurut Arikunto (1993 : 81) reliabilitas tes adalah ketetapan hasil tes yang mantap dan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi dan apabila hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti. Reliabilitas tes ditentukan melalui rumus Kruder-Richadson (KR-20) yang dikemukakan Arikunto (2007 : 100) sebagai berikut :
                                dengan :
      Dimana :
                             : Reliabilitas tes secara keseluruhan
                              : Jumlah butir tes
                              : Standar deviasi total
                         : Jumlah hasil perkalian antara p dan q
            Besarnya  yang diperoleh dikonsultasikan dengan indeks korelasi sebagai berikut :
Antara 0,800 s/d 1,000                 tergolong sangat tinggi
Antara 0,600 s/d 0,799                 tergolong tinggi
Antara 0,400 s/d 0,599                 tergolong cukup
Antara 0,200 s/d 0,399                 tergolong rendah
Antara 0,000 s/d 0,199                 tergolong sangat rendah
c.         Uji Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Untuk mengetahui indeks kesukaran soal dipakai rumus taraf kesukaran seperti yang dikemukakan Arikunto (1999 : 208) sebagai berikut :
      Dimana :
                              : Indeks kesukaran soal
                              : Banyak siswa yang menjawab benar
                           : Jumlah seluruh siswa peserta tes
            Adapun ketentuan indeks kesukaran soal seperti yang dikemukakan Arikunto (1999 : 210) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
                  Soal dengan P : 0,00 sampai 0,299 adalah butir soal sukar
                  Soal dengan P : 0,300 sampai 0,699 adalah butir soal sedang
                  Soal dengan P : 0,700 sampai 1,000 adalah butir soal mudah
d.   Uji Daya Pembeda
Menurut Arikunto (1993 : 213) daya pembeda butir soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah). Daya pembeda dari tes yang disusun diuji dengan menggunakan rumus deskriminasi seperti yang dikemukakan Arikunto (1999 : 212) sebagai berikut :
      Dimana :
                 : Daya pembeda soal     
                : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar
                : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar
                : Banyaknya kelompok atas
                : Banyaknya kelompok bawah
            Adapun klasifikasi indeks bawah daya pembeda soal seperti yang dikemukakan Arikunto (1999 : 218) adalah :
                  D = 0,000 sampai 0,199                butir soal jelek
                  D = 0,200 sampai 0,399                butir soal cukup
                  D = 0,400 sampai 0,699                butir soal baik
                  D = 0,700 sampai 1,000                butir soal baik sekali
                  D negatif                                                  butir soal tidak baik (dibuang)
H.      Teknik Analisis Data
1.        Deskripsi Data Penelitian
Untuk mendeskripsikan data variabel penelitian, dianalisa dengan menyusun distribusi frekuensi yang digunakan untuk mengetahui penyebaran skor dari setiap variabel penelitian, sehingga dapat ditentukan harga rata-rata (M) dan standar deviasi (SD) dengan menggunakan perhitungan menurut aturan Sturges (dalam Sudjana  2002 : 45).
Rentang                                   = data terbesar – data terkecil
Banyak kelas interval (k)        = 1 + log n
Panjang kelas interval (p)        =           
Berdasarkan rumus di atas maka dibuat tebel distribusi frekunesi. Selanjutnya dicari harga Mean (M), Standar Deviasi (SD).
                              
      Dimana :
                            : Mean 
                          : Jumlah skor total distribusi X1
                         : Jumlah kuadrat skor total distribusi X1
                            : Jumlah responden
                           : Standar Deviasi           

2.      Uji Kecenderungan
Uji kecendurangan dianalisa dengan menggunakan harga rata-rata ideal (Mi) standar deviasi ideal (SDi). Adapun rumus untuk rata-rata ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi) adalah sebagai berikut :
Dari rata-rata ideal dan standar deviasi ideal dapat ditentukan empat kategori kecendurangan sebagai berikut :
Mi + 1,5 SDi s/d ke atas         : Tinggi
            Mi s/d Mi + 1,5 SDi                : Cukup
            Mi – 1,5 SDi s/d Mi                : Kurang
            Mi – 1,5 SDi s/d ke bawah     : Rendah
3.      Uji Persyaratan Analisis
            Agar data penelitian yang diperoleh dapat dipakai dengan menggunakan analisis statika pada uji coba hipotesis penelitian yang menerapkan rumus korelasi product momen, maka terlebih dahulu memenuhi persyaratan analisis. Uji persyaratan analisis dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian sudah mempunyai sebaran normal serta untuk mengetahui apakah data variabel X linier terhadap variabel Y, untuk itu dilakukan uji normalitas dan uji linieritas.
a.        Uji Normalitas
Uji normalitas terhadap data ubahan penelitian dilakukan dengan menggunakan rumus Chi-kuadrat (c2) dengan taraf nyata a = 0,05 adalah :
      Dimana :
                            : Chi-kuadrat
                            : Frekuensi observasi
                            : Frekuensi hamparan
      Jika harga  <  maka distribusi sebaran data normal.
b.        Uji Linieritas
Uji linieritas mengetahui apakah data variabel bebas (X) linier terhadap variabel terikat (Y), maka dilakukan dengan uji linier sederhana Y atas X dengan persamaan sebagai berikut :
            Y = a + bx1
            Y = a + bx2
Dimana :
                   dan     
            Bila Fhitung < Ftabel 5% maka kesimpulan persamaan regresi adalah linier. Kemudian untuk mengetahui apakah garis regresi mempunyai keberartian dan linier, diuji dengan rumus sebagai berikut :
          
            Bila Freghitung > Fregtabel 5% maka kesimpulan garis regresi mempunyai keberartian. Untuk mencari persamaan regresi ganda, untuk mengetahui data variabel bebas (X1 dan X2) linier terhadap variabel terikat (Y) sebagaimana persamaan yang diberikan oleh Sudjana (2002 : 348) sebagai berikut :
     Y = a0 + a1X1 + a2X2
            Untuk menguji keberartian regresi ganda menggunakan rumus dari Sudjana (2002 : 355) yaitu :
    
            Hasil dari  dikonsultasikan dengan Ftabel, regresi dinyatakan berarti jika harga F ≥ Ftabel pada taraf signifikan 5% dengan derajat kekebasan pembilang = k dan derajat kekebasan penyebut = n – k – 1
I.         Pengujian Hipotesis
1.        Hipotesis Pertama dan Hipotesis Kedua
            Untuk menguji hipotesis yakni : 1) hubungan  Minat Kejuruan dengan Hasil Belajar DKK dan 2) hubungan Kelengkapan Fasilitas Belajar Siswa dengan Hasil Belajar DKK, menggunakan korelasi product momen seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2002 : 369). Untuk menguji hipotesis pertama dan kedua digunakan rumus :
           
Selanjutnya untuk memastikan hubungan variabel apakah berarti atau tidak, hasil korelasi diuji keberartian dengan rumus uji-t seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2002 : 380) sebagai berikut :
           
2.      Hipotesis Ketiga
Untuk menguji hipotesis ketiga yakni : hubungan Minat Kejuruan dan Kelengkapan Fasilitas Belajar Siswa dengan Hasil Belajar Dasar Kompetensi kejuruan–02 (DKK-02) digunakan rumus regresi ganda seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2002 : 348) adalah :
Y = a0 + a1X1 + a2X2
Kemudian untuk mengetahui keberartian hubungan antara kedua variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat, dilakukan dengan uji statistik F menggunakan rumus dari Sudjana (2002 : 385) sebagai berikut :
Besaran Fhitung yang diperoleh dikonsultasikan terhadap Ftabel pada taraf signifikasn 5% dengan dk = 2 dan derajat kebebasan penyebut = n – k – 1 bila Fhitung > Ftabel 5%, maka disimpulkan bahwa kedua variabel bebas (X1 dan X2) secara bersama-sama mempunyai hubungan yang berarti terhadap variabel terikat (Y).


J.      Menghitung Koefisien Korelasi
1.      Uji Korelasi Sederhana
Untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel dengan menghitung koefisien korelasi. Untuk menganalisa hal ini digunakan rumus korelasi product momen seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2002 : 369) sebagai berikut :
Untuk menguji koefisien korelasi dengan uji-t seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2002 : 380) sebagai berikut :
Ada tidaknya korelasi dan tinggi rendahnya korelasi dapat diketahui dari angka dan indeks korelasi. Maka semakin besar angka dalam indeks korelasi makin tinggi korelasi kedua variabel yang dikorelasikan.
2.      Uji Korelasi Ganda dan Uji Koefisien Ganda
            Untuk menghitung koefisien korelasi ganda digunakan rumus seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2002: 384) sebagai berikut :
           
            Untuk uji koefisien korelasi ganda digunakan uji statistik F seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2002 : 385) sebagai berikut :